Bangku-bangku yang tersusun rapi
didepan kantor sudah ramai ditempati oleh sejumlah karyawan yang akan sarapan
pagi, tidak hanya karyawan kantor kami tapi ada juga karyawan dari kantor lain.
Tempat ini sungguh menyenangkan,
letaknya di pinggir jalan agak menjorok kebelakang sebelah kanannya ada
sebidang lahan yang cukup luas sehingga bisa diparkir beberapa kendaraan roda
dua dan empat. Yang cukup membuat nyaman adalah lokasi ini dinaungi oleh
beberapa pohon besar semacam pohon beringin sehingga angin sepoi-sepoi membuat
kami lebih santai menyantap makanan yang ada.
Kami menyebutnya kantin DPR alias Dibawah Pohon Rindang, selain suasananya yang oke, terkadang
tempat ini jadi ajang diskusi bak anggota DPR di Senayan, topik yang
diperbincangkan macam-macam, bisa soal Ekonomi, Agama, Sosial, Politik dan juga
topik-topik hangat saat ini. Pokoknya dijamin seru ………………. (persis anggota DPR
beneran, cuma ini tempatnya Dibawah Pohon Rindang )
Makanan yang ada beragam
jumlahnya mulai dari bubur ayamnya mang Asep, siomaynya mas Toni, soto mienya
kang Ujang, soto ayam Surabayanya Cak Dule dan banyak lagi yang lainnya yang
cukup menggugah selera makan kami di pagi ini.
Harganya juga tidak terlalu mahal
dan terjangkau bagi karyawan seperti kami.
Pagi ini beberapa tempat sudah
terisi, saya lihat Mbay, Joko, Ade, Euis dan Joko sudah stand by siap menyantap
pesanannya masing-masing. Saya dan
Dewi datang menghampiri mereka. Seperti biasa saya pesan ke kang Ujang, Soto
mie isinya risol sama daging, sementara Dewi pesen bubur ayam dan nggak pakai
kacang.
” Di tumben nih datang pagi ?” tanya Joko kepada saya sambil memasukkan
potongan bakso kedalam mulutnya. Sementara saya duduk disamping Mbay yang
sedang asyik menyeruput kopi susu.
” Iya ada janji nih sama orang Dept. Kehutanan, mau presentasi, katanya
mereka tertarik dengan produk training kita tentang IT, cuma belum jelas maunya
yang mana, makanya saya mau yakinkan lagi dengan presentasi sekarang, katanya
sih mereka mau kirim kurang lebih 10 orang,” jawab saya sambil sedikit bangga
selain ada prospek yang bagus sama pagi-pagi udah datang eh udah mau langsung
kerja lagi, padahal biasanya selalu dateng telat itu juga nggak langsung kerja
tapi browsing dulu ..... hehehe .......
” Tumben banget sih Di, mau kejar setoran yah apa diuber-uber bos karena
target belum tercapai ?” Euis yang dari tadi asyik BB-an ikutan nimbrung.
“ Ya gitu deh, hot prospek kemarin banyak yang mundur ke akhir tahun,
katanya sih lagi pada banyak proyek jadi nggak bisa ngirim orang ikutan training,
khan sayanya yang jadi stress kalo seperti ini,” keluh saya sambil menyantap
sotomie yang baru diantar kang Ujang.
“ Udah ach pagi-pagi ngomongin kerjaan, kayak orang waras aja,” Ujar Mbay
sambil senyum, kelihatan giginya yang kuning-kuning, maklum selain suka ngopi
Mbay juga perokok berat.
Soto mienya pedes banget, rupanya kang Ujang ngasih sambelnya kebanyakan,
buru-buru saya pesen teh botol ke Bobi, pedagang minuman yang juga mangkal
disini.
“ Bob, teh
botolnya satu yang dingin ya, “ teriak saya kepada Bobi.
“ Bob, aku Aqua
ya tapi jangan dingin,” Dewi juga ikutan pesen minuman.
Tak lama Bobi udah nganter minuman pesanan kami, langsung saja teh botolnya
saya seruput buat menghilangkan rasa pedas di lidah.
Sambil
bisik-bisik Dewi bicara kepada Euis.
“ Is tau gak kamu kemarin khan Mbak Nina dipanggil sama direksi,” kata Dewi
pelan-pelan
Euis hanya menggeleng, maklum dia khan bagian Support jarang di kantor jadi
tidak tahu perkembangan mutakhir selama ini.
“ Mbak Nina sekretaris bag.sales ya, sekilas aja sih, cuma aku gak tau
detilnya, maklum aku khan bagian lapangan, emangnya kenapa Wi ?” tanya Euis.
Anak-anak yang lain juga ikutan nguping, pura-pura serius sarapan tapi
kupingnya berdiri dengerin pembicaraan Dewi dan Euis.
“ Denger-denger dia pakai duit proyek buat kebutuhan pribadi, udah lama
banget tapi baru ketahuannya sekarang,” kata Euis.
“ Pasti gara-gara
audit internal kemarin ya,” tebak Dewi.
Euis mengangguk
membenarkan tebakan Dewi.
Mbay sebagai
karyawan yang cukup senior diantara kami bicara.
“ Udah jangan ngegosip kalau bahasa Alqurannya Ghibah, nggak baik ngomongin
orang, yang aku denger sih dari hadist Nabi Muhammad mengatakan ‘ tidak akan
masuk surga, orang yang suka menggunjingkan aib sesama muslim’, apalagi Mbak
Nina itu orang baik, kita khan belum tahu cerita yang sebenarnya,” terang Mbay
dengan gaya meniru ustad yang sering nongol di Teve.
Pembicaraan sekarang semakin hangat. Ya begini ini yang
selalu saya kangenin kalau sudah diskusi, pasti akan seru dan ada manfaat yang
bisa diambil.
“ Tapi apa bener ya Mbak Nina bisa sekhilaf itu, kalau saya sih gak yakin,”
Ujar Dewi sambil menggelengkan kepalanya.
Dari kejauhan kelihatan Mbak Nina turun dari Avanza hitam, kayaknya diantar
sama suaminya. Dia menoleh kearah kami yang sedang sarapan. Lalu Mbak Nina
menghampiri kami. Sejurus wajah kami jadi tegang, bahkan ada yang salah
tingkah.
“ Ayo lagi ngegosip, pasti ngomongin Mbak ya ?” tanya Mbak Nina dengan santai.
Kami yang tadinya sudah enggak enak, jadi ikutan nyantai juga. Mbak Nina juga ikutan sarapan,
beliau pesen mie ayam pangsit.
“ Pasti gara-gara Mbak dipanggil direksi kemarin ya, jadi kalian menduga yang enggak-enggak,” tambah
Mbak Nina dengan senyum, tidak ada kemarahan di wajahnya.
Kita semua salut dengan sikapnya Mbak Nina seperti ini, rasa pedenya tinggi sekali dan tidak panik,
tidak marah bahkan semua dihadapi dengan santai dan selalu berpikiran positif.
“ Hehehe ........ Mbak tahu aja kalau diomongin, kayak paranormal aja bisa nebak apa
yang kita bicarakan,” balas Joko. Kembali Mbak Nina senyum
“ Semua yang kalian dengar itu salah besar, enggak mungkinlah Mbak harus mengorbankan karir Mbak
yang sudah lama di perusahaan hanya karena uang yang tidak seberapa,” tanggap Mbak Nina dengan tegas.
Euis yang pertama kali melontarkan dugaan tentang Mbak Nina hanya menunduk,
dia merasa bersalah harusnya klarifikasi dulu ke yang bersangkutan padahal dia juga cuma denger gosip
sana-sini yang enggak jelas sumbernya darimana.
Kita semua menghela napas lega dengan klarifikasi Mbak Nina, karena Mbak Nina seorang sekretaris
yang sangat baik dan profesional serta cukup enak diajak kerja sama, apalagi anak-anak sales senang
banget dengan Mbak Nina.
“ Mbak aku jadi enggak enak, soalnya aku tadi yang ngomong pertama kali, maafin ya mbak,” kata Euis
sambil menjabat tangan Mbak Nina.
“ Makanya tuan putri harus cek en ricek dulu sumber dan kebenarannya,” timpal Dewi sok tahu,
mumpung ada kesempatan bisa memojokkan Euis yang selama ini menjadi saingannya dalam merebut perhatian
saya.
“ Udah .... udah, sekarang khan jadi jelas, gak usah diperpanjang, makanya gosip-gosip atau
ghibah yang gak bener seperti ini kita harus hati-hati, persepsinya jadi macam-macam, kasihan orang
kayak Mbak Nina ini,”lerai saya bijaksana, karena kalau diteruskan bisa timbul lagi masalah baru,
Euis versus Dewi ............
“ Iya bener kata Adi, Mbak gak apa-apa kok Is, kamu khan juga cuma denger dari sumber yang tidak jelas,
anggap aja selesai dan tidak terjadi apa-apa.
Kita semua menganggukkan kepala mendengar jawaban Mbak Nina. Sejurus suasana hening kembali.
Mbak Nina mencoba mencairkan suasana.
“ Nah masalah yang itu udah selesai, sekarang kalian mau denger gak bocoran ketika saya dipanggil direksi
kemarin,” kata Mbak Nina senyum-senyum.
“ Pasti kabar bagus nih, ada apa to Mbak ?” tanya Mbay ingin tahu.
“ Iya Mbak, ada apa nih, kok aku deg-degan,” timpal Ade.
“ Ok kalau begitu, ini kabar baik buat kita semua, kemarin itu Direksi meminta saya mengundang
kalian semua buat meeting besok pagi .......,” kalimat Mbak Nina terhenti karena Euis memotong.
“ Walah mbak, meeting aja kok, itu mah biasa, kirain apaan,” ujar Euis
Mbak Euis geleng-geleng kepala.
“ Is Mbak khan belum selesai ngomongnya.....” balas Mbak Nina.
“ Iya nih tuan putri, maunya nyelak omongan orang aja, enggak kapok-kapok apa ya bikin salah,”
timpal Dewi sambil memonyongkan mulutnya.
Euis jadi serba salah, kita semua geleng-geleng melihat 2 cewek cantik yang selalu enggak akur ini.
“ Meeting kita besok mau menuntaskan prosentase komisi penjualan yang sudah lama dibahas itu dan
rencananya buat meningkatkan motivasi seluruh karyawan, kita semua akan dapat bonus yang akan
dibayarkan cash senin nanti, nah resminya berapa kali akan diumumkan besok,
kayaknya sih lebih dari 1 kali,” kata Mbak Nina dengan lantang.
“ Alhamdulillah .............,” ucap kami bersamaan.
Saya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan, Masya Allah hampir
setengah sembilan ........... !! Setelah bayar sarapan yang dimakan, saya pamit
duluan, karena harus menyiapkan materi dan dokumen lain yang akan dibawa ke
Dept. Kehutanan.nanti.
Diskusi dan acara ngobrol-ngobrol sembari sarapan masih berlanjut, sayang
juga sih harus pamit duluan, tapi berhubung ada ‘tugas negara’ yang harus
dijalani, apa boleh buat, mudah-mudahan aja Dept., Kehutanan langsung setuju
buat ikutan training, soalnya target saya masih jauh nih, apalagi sekarang ada
kebijakan baru tentang komisi penjualan, semangat buat nyari proyek jadi lebih
besar ...........
(didekasikan buat mantan rekan2 sekantor di jln panataran jakarta pusat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar