Di suatu kantin sekolah dasar, nampak ibu-ibu muda sedang berkumpul menunggu anak-anaknya yang sedang belajar. Ada yang 'nyambi' sambil berdagang kue-kue basah seperti : risol, lemper, martabak, pastel dll yang sudah terbungkus rapih dalam sebuah plastik dengan harga yang tidak terlalu mahal berkisar antara 1000 rupiah s/d 3000 rupiah.
Ada juga yang berjualan jilbab, aksesori gelang, kalung manik-manik, jam tangan dan perlengkapan wanita lainnya yang harganya cukup miring. Sementara di pojok lain ada juga yang asyik dengan Hp & Blackberry nya, dengan ekspressi lain-lain, ada yang serius, ada yang sembari senyum. Di sudut lain juga ada yang sedang asyik ngerumpi, mulai dari soal kasus wisma atlet, hambalang, KPK dan topik politiklain yang cukup berat (kalau seperti ini, gayanya ibu-ibu mirip pengamat politik yang ada di TV Merah & Biru, hehehe ....)
Selain soal politik juga nggak ketinggalan membahas soal kebutuhan pokok, yang terus beranjak naik, sementara pendapatan suami tidak kunjung meningkat, walaupun kerja udah mati-matian (isitilah ibu-ibu tentang kerja keras yang dilakukan oleh suaminya).
" Tadi baru aja, saya dari warungnya mpok Leha, ampun deh, telor ayam 1 kg udah 17.500, padahal biasanya cuma 15 ribu, belum lagi bumbu dapur naiknya lumayan tinggi, " keluh Bu Joko dengan emosi.
Ibu-ibu yang lain juga ngasih komentar membandingkan dengan jamannya orde baru dulu waktu dipimpin presiden Suharto, dimana harga-harga stabil & pendapatan juga mencukupi emua kebutuhan yang ada, dibanding dengan masa orde reformasi sekarang ini, harga-harga naik drastis dan pendapatan masih segitu-gitu aja. Ujung-ujung nya balik lagi komentar ibu-ibu ke masalah politik, karena banyak pejabat yang korupsi dan senang menerima uang suap.
Selain soal politik, pembicaraan beralih ke gosip artis, dan yang lebih hot lagi adalah membicarakan masalah pribadinya sendiri, mulai dari soal suami yang udah punya pacar lagi atau tentang ada ibu-ibu yang suka gangguin suami orang dan soal lain yang seharusnya hanya menjadi konsumsi sendiri nggak perlu diobral jadi pembicaraan khalayak lain.
Pembicaraan kembali menghangat kalau sudah masing-masing membanggakan anaknya, mulai dari ibu Anwar yang ingin menjadikan anaknya kelak jadi peragawati terkenal, ibu Cicih yang pengen anaknya jadi artis dan banyak lagi ibu-ibu lain yang ingin anaknya kelak jadi orang terkenal dan banyak uang. Sungguh miris memamng sekarang ini, materi adalah hal yang selalu didewa-dewakan, sering kita mendengar orang tua berkata kepada anaknya agar sekolah yang rajin dan bisa dapat uang banyak tetapi tidak ditanamkan bagaimana cara mencapai itu tetapi dengan cara yang diridhoi oleh Allah.
Terkadang sebagai orang tua kita suka salah kaprah, anak dipacu dengan keras agar sukses disekolahnya tetapi tidak dibekali pendidikan agama yang kuat karena tujuan semata cuma untuk soal materi.
Orang tua akan merasa bangga bila anaknya menjadi nomor satu di sekolahnya, tetapi tidak merasa bersalah bila anaknya tidak bisa baca alqur'an, sholatnya bolong-bolong, pengetahuan agamanya minim dll.
Yang ideal adalah pendidikan yang seimbang, mengejar dunia adalah wajib, karena Rasulullah juga mengajarkan agar kita berusaha keras menggapai dunia agar bisa bermanfaat bagi orang banyak tetapi juga jangan dilupakan akhirat, karena ini adalah tujuan akhir kita yang kekal.selama-lamanya
Sementara ungkapan lama yang sering kita dengar semasa kecil, masih relevan bila kita sampaikan kepada anak-anak kita ' Kejarlah dunia sebanyak-banyak nya seakan kita hidup selama-lamanya, ingatlah akhirat seakan-akan kita akan dipanggil Allah secepatnya '.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar